Review Film ‘AUM!
3 min read
Review Film ‘AUM! – Satu lagi garapan film original Bioskop Online yang sedang tayang berjudul AUM!. Kalau KLovers suka dengan film tahun 90an, pasti sudah akrab dengan gambar yang tak terlalu lebar dan warna kekuningan.
Review Film ‘AUM!
flixmaster – Nah, untuk mengobati rasa rindumu menonton film tahun 90an dengan gaya baru, sutradara tanah air Bambang “Ipoenk” K.M membuat film AUM! yang wajib kamu tonton.
Melansir kapanlagi, Diceritakan, film ini mengangkat kisah mahasiswa yang menjadi buronan setelah mengikuti gerakan reformasi besar-besaran. Tak bertele-tele, film ini dibuka dengan adegan menegangkan yang menampilkan karakter Satriya (Jefri Nichol) kejar-kejaran di rumah susun. Makin mendebarkan, ketika tiba-tiba Satriya ditangkap oleh seorang pria yang ternyata adalah kakaknya sendiri, Adam (Aksara Dena).
Baca juga : Sinopsis Film Sunyi (2019)
Tak sampai sana saja adegan penuh keringat, film ini juga dibuka dengan semangat berapi-api mahasiswa yang menuntut reformasi. Dalam pertemuan yang awkward antara Satriya dan kakaknya, Adam, terlihat bagaimana adik-kakak ini memiliki idealisme dan profesi yang saling bertolak belakang. Satriya yang ingin meneruskan perjuangannya dan Adam yang berasal dari militer, ingin menyelamatkan Satriya dengan memberhentikan perjuangannya.
1. Kisah Reformasi Tahun 1998
Film ini dibagi jadi 2 bagian. Dibuka dengan bagian awal bertajuk” Pertunjukkan”, menceritakan Adam yang melindungi adiknya, Satriya, yang bergairah buat melaksanakan aksi pembaruan bersama sahabat mahasiswanya. Pekat dengan atmosfer 1998, aksi mahasiswa yang menuntut kesamarataan buat orang serta pembungkaman yang dicoba penguasa pada warga tampak dalam film ini.
Pendalaman film ini kian nampak nyata dikala Satriya mencetuskan antusias sahabatnya dengan ceramah. 2 bagian pemimpi film ini setelah itu ditafsirkan lewat gaya tari serta peperangan antara Adam serta Satriya. Tidak cuma itu dengan cara simbolis film ini pula memakai gaya tari serta masker gembong, sampai suara AUM! yang jadi kepala karangan dari film ini.
Bagian kedua film ini merupakan” Ekspedisi”. Bagian ini membuktikan bagian istimewa sutradara Bambang” Ipoenk” yang menyuguhkan cara dari pembuatan film kritik politik itu. Dalam bagian ini, Linda( Agnes Natasya Tjie) menjadi seseorang produser film, Panca( Chicco Jerikho) yang menjadi sutradara. Tidak semacam bagian satu yg dipadati segmen yang menakutkan serta kejar- kejaran, bagian ini melukis cara penciptaan film yang dipadati konflik- konflik dampingi kerabat kerja dengan atmosfer mencekam anti kritik versi tahun 1998.
2. Sinematografi serta Aktor yang Totalitas
Mengutip kerangka tahun 90an, film ini terbuat sedemikian mendekati mulai dari kerangka tempat, atmosfer, sampai noise tahun 90an yang sedang terasa. Diperankan oleh Jefri Nichol, Chicco Jerikho, Aksara Dena, serta Agnes Natasya Tjie. Kedudukan yang sangat muncul ditunjukkan oleh kepribadian Panca( Chicco Jerikho) serta Linda( Agnes Natasya Tjie). Linda yang berfungsi selaku mahasiswa yang jadi produser film patriot mempunyai karakter yang keras serta mempunyai antusias dalam mengantarkan aspirasinya buat berbicara.
Berbanding menjempalit, Panca selaku sutradara yang mempunyai watak sangat pemimpi serta individualistis. Dengan kedua watak yang bersama mau berhasil sendiri, membuat film di masa yang mencekam jadi tantangan tertentu untuk para mahasiswa ini. Terlebih, shooting bisik- bisik hendak sedemikian itu mematikan bila pergerakan mereka dikenal oleh petugas.
Baca juga : Film Corona Zombies Yang Bergenre Komedian
Kian terbuat memastikan, film ini memakai style found footage yang memakai handycam dengan pernyataan kecil dengan perbandingan 4: 3 alhasil atmosfer tahun 90an lebih terasa. Tidak cuma itu, dalam pembuatan film itu, para mahasiswa mengundang wartawan Amerika bernama Paul Whiteberg( Mr. Richard). Paul terlihat bekerja merekam aktivitas mahasiswa yang lagi membuat film itu bersama para kerabat kerja yang ikut serta.
