Review Film “Fifty Shades of Grey”: Ketika Moral adalah Relatif
4 min readReview Film “Fifty Shades of Grey”: Ketika Moral adalah Relatif – Film yang lagi Hits di tahun ini salah satunya film dengan jenis romantis berbalut Sadomasokis, Fifty Shade of Grey.
Review Film “Fifty Shades of Grey”: Ketika Moral adalah Relatif
flixmaster – Film ini, bagi aku, eksklusif sebab bukan dari pandangan film dewasanya, tetapi dari ceruk narasi yang tidak nyata ending- nya dan dari pandangan perbincangan akhlak dari isi film itu.
Dikutip dari harjasaputra, Menceritakan mengenai cerita romantis antara Grey serta Steele semenjak pandangan awal Steele yang terguling pada dikala akan mewawancarai Grey, figur belia yang mempunyai banyak industri serta amat banyak, apalagi diketahui selaku milyarder belia. Steele menggantikan temannya buat mewawancarai Grey.
Pandangan awal seperti itu yang setelah itu turun ke batin serta turun lagi ke bawahnya batin.. haha, apa itu bawahnya batin? Betul lazim, namanya di Barat jika telah bilang I love you, berarti artinya“ Saya mau tidur dengan kalian”. Adegan- adegan panas, buka- bukaan pakaian, banyak memberi warna film ini. Sebab itu, aku ucap di dini film ini diucap romantis- dewasa. Telah romantis lalu berusia lagi.
Baca juga : Review Film Accepted, Kisah Remaja Mendirikan Kampus Palsu
Memanglah terdapat film romantis yang tidak berusia? Banyak, sinetron- sinetron kita romantis seluruh tetapi tidak tercantum dalam jenis film berusia nama lain 18+. Pastinya, bila diamati di bioskop, film ini telah banyak pemeriksaan di sana- sini. Apalagi, tuturnya di Turki film ini disensor sampai 45 menit.. hahaha. Separuh film disensor, lalu ingin nonton apa.
Sehabis pertemuan awal itu, Grey yang menderita keanehan intim dengan senantiasa bercinta dengan kekerasan apalagi ada ruang spesial( yang beliau ucap“ Pain Room”), merasa jatuh cinta dengan Steele. Steele, bagi Grey, berlainan dengan wanita lazim. Hasrat Grey memanglah lain, beliau menyebutnya, tidak sempat ingin pada jenis perempuan lazim.
Steele merupakan wujud perempuan menawan, diperankan oleh Dakota Johnson yang memanglah amat menawan, jadi energi pikat tertentu film itu. Steele tidak hanya menawan pula simpel. Kuliah di bidang Kesusastraan serta tiap hari menyambi bertugas di gerai alat- alat rumah tangga. Serta, nah ini yang berarti, Steele nyatanya sedang gadis.
Terdapat satu ketentuan yang diajukan oleh Grey. Tiap kali akan bercinta dengan perempuan yang diinginkannya, yang bagi Grey telah 15 perempuan yang beliau membujuk ke“ Pain Room” buat kegiatan kekerasan seksualnya, wajib memaraf dahulu kontrak. Sedemikian itu pula kepada Steele. Grey membagikan kontrak buat ditandatangani oleh Steele.
Di sana dipaparkan rinci hal kesepakatan- kesepakatan serta batasan- batasan yang disetujui ataupun yang ditolak dari tingkatan kegiatan intim antara Grey serta Steele. Steele membaca itu serta meratap. Mengapa beliau wajib terpikat serta terikat hatinya pada Grey, laki- laki bagus serta mapan yang sudah mencuri hatinya.
Steele tidak lalu memaraf kontrak itu. Sampai akhir film kontrak itu tidak luang ditandatangani. Walaupun tidak dengan kontrak, kegiatan bercinta jalur lalu.
Grey menderita keanehan Sadomasokis sebab guncangan dengan era kecilnya. Beliau menggambarkan pada Steele kalau era kecilnya amat mengenaskan: bunda kandungnya seseorang pelacur serta beliau kerap memandang kegiatan intim yang dicoba ibunya. Sampai setelah itu beliau memahami dengan seorang yang mengajarinya gimana bercinta dengan memakai alat- alat dari mulai jalinan, gantung, pecut, serta serupanya.
Terdapat satu pernyataan dari Grey yang hingga dikala ini aku sedang bingung apa arti dari statment itu, kalau dalam pikirannya senantiasa berkelebat 50 bayang- bayang ataupun fifty shade, yang setelah itu dijadikan kepala karangan film.
Statment ini terbongkar sedemikian itu saja yang membuat pemirsa wajib berasumsi keras apa arti dari penyataan itu sehabis Grey menggambarkan hal kerangka belakangnya. Betul- betul pemirsa dari dini sampai akhir narasi tidak dihidangkan balasan atas arti dari statment itu.
Akhir film ini juga absurd nama lain tidak nyata. Antara Steele serta Grey berakhir sedemikian itu saja sehabis Steele merasa marah sebab Grey mencambuknya dengan 6 cambukan selaku ritual Sadomasokis. Sementara itu, Grey juga nyatanya tidak ingin melaksanakan itu kepada Steele. Steele yang memohon Grey membuktikan pada dirinya begitu juga kerasnya kesengsaraan bila ritual Sadomasokis dicoba Grey. Namun setelah itu Steele justru marah serta langsung mau memberhentikan ikatan.
Impian aku berlaku seperti pemirsa, terlebih telah dibenamkan ke isi kepala kita ideal drama“ Rahasia Ilahi” Grey seharusnya selesai dengan insyaf serta kembali ke jalur yang betul kemudian menempuh hidup wajar dengan Steele.. hahha…no tidak semacam itu nyatanya.
Film diakhiri dengan Steele naik lift kemudian melafalkan perceraian dengan mengatakan julukan Grey sedemikian itu pula Grey dengan mengatakan julukan Steele. Udah sedemikian itu saja serta the end. Tak lezat amat sangat. Ideal film barat yang senantiasa menyuguhkan ending yang tidak nyata. Mengajak pemirsa buat berfantasi- ria, mereka- reka sendiri jalannya narasi.
Dari pandangan akhlak, nah ini yang menarik. Banyak orang mempersoalkan dari kegiatan“ kampanye kekerasan intim”- nya, sementara itu sebetulnya bukan itu. Film ini sebetulnya lagi mengkampanyekan relativisme akhlak dengan amat menarik. Permasalahan diperoleh ataupun tidaknya itu diserahkan pada para pemirsa.
Film ini main di zona akhlak hedonisme versi relativisme. Kalau akhlak merupakan terkait dari anggapan tiap- tiap orang serta perjanjian antara 2 orang ataupun lebih. Tidak terdapat standar akhlak yang dasar. Akhlak dapat dinegosiasikan. Hingga kedua orang akur buat melaksanakan keadaan yang di luar norma warga mengapa tidak. Untuk aku, film ini menarik dari pandangan ini.
Terdapat filosofis yang dikemas serta terencana dikampanyekan pada bumi. Terbebas dari salah ataupun tidaknya kampanye akhlak itu, yang tentu film- film Barat kala mengkampanyekan sesuatu gerakan metafisika senantiasa menarik. Benar semacam film“ Lucy” yang bagi aku luar lazim: memiliki banyak kampanye ajaran- ajaran metafisika ontologis yang dikemas dengan amat apik serta visual yang teratur mewah.
Baca juga : Ulasaan Film Drama Kriminal Berjudul The Night Clerk
Akhlak dalam metafisika Barat itu karakternya individual. Bukti itu bukan terletak di luar situ, namun dilahirkan oleh tiap- tiap orang. Anggapan bukti antara tiap- tiap orang senantiasa berlainan. Relativisme amat kokoh bercokol di metafisika Barat.
Film ini merupakan delegasi dari hegemoni relativisme akhlak yang memanglah jadi alas penting dari aksi modernisme yang dipelopori semenjak Descartes, yang diketahui dengan Cartessian, kemudian Post- Modernisme yang mengangkat antusias serupa dengan bentuk terkini.